Mari Merenung Sebentar....
Hidup manusia tak bisa lepas dari dimensi ruang dan waktu, orang yang
memanfaatkan waktu dan menempatkan diri pada ruang yang tepat berarti
orang itu sedang mengisi kehidupannya dengan sesuatu yang bermakna.
Orang bijaksana adalah orang yang merasa terganggu bila harus
kehilangan waktu, menurut pandangannya waktu itu bukanlah sesuatu yang
absolut, ukurannya adalah sangat tergantung kepada percepatan dan
kecepatan pikiran dalam memanfaatkannya. Demikian juga dengan dimensi
ruang tempat orang itu berada, hendaknya diberi makna dengan
memberdayakannya sedapat dan seproduktif mungkin. Waktu dan ruang yang
dilalui manusia akan menjadi suatu pengalaman, dan pengalaman itu
merupakan cermin untuk menuju hidup lebih bermakna (the meaning of life), jagalah keinginan untuk selalu bertahan hidup (the will to meaning), karena hasrat untuk mempertahankan hidup merupakan daya dorong yang efektif untuk mencapai kehidupan yang lebih bermakna.
Orang yang ingin merebut masa depan dengan kehidupan yang lebih bermakna agaknya harus ditempuh dengan perjalanan yang arahnya jelas, memiliki visi dan misi kehidupan. Visi adalah tentang kemungkinan, tentang kehidupan yang dikehendaki, visi merupakan garis-garis besar haluan pribadi setiap manusia, sedangkan misi adalah upaya memberikan makna terhadap visi. Kehidupan yang diinginkan dan diisi selama manusia menyadari bahwa sesuatu belum menjadi kenyataan, kecuali harus diperjuangkan dan diyakini tidak bisa diserahkan begitu saja kepada nasib dan takdir., melainkan justru harus diupayakan dan dibuat nyata, apapun resiko yang mungkin terjadi (selama mampu diusahakan jalan keluarnya). Tak ada yang tak mungkin di dunia ini selama itu pernah dilakukan manusia (gigipun bisa saja menggigit lidah, padahal diam dalam satu ruang rongga mulut).
Di samping itu hendaknya manusia tidak lupa bahwa seiring waktu berjalan, semakin lama manusia menikmati hidup harus semakin menyadari dan merasa bahwa tak akan lama lagi bertahan hidup. Berbuatlah sesuatu dengan perencanaan yang matang serta kejernihan alam akal pikiran, janganlah berlaku sekehendak hati, tergesa-gesa dan serampangan (emosional), karena tindakan yang demikian ibarat berlayar disaat badai sedang mengamuk. “Ciptakan mimpi-mimpi indah Anda manakala sedang tertidur, lantas jadikanlah semua itu kenyataan manakala terbangun”. Bumi ini bukanlah warisan leluhur nenek moyang kita, melainkan pinjaman dari anak cucu kita, dan kita tiada lain hanya merupakan nasabah. Karena itu andaikata kita masih berkesempatan untuk menanam, tanamkanlah sesuatu walau hari ini adalah hari terakhir kita, kalaupun Anda merasa terlambat mengisi kehidupan dengan sesuatu yang bermakna, janganlah hanyut dan tenggelam dengan perasaan sesal, karena sesal tiada guna dan tak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. “Jika Anda tidak merasa sebijaksana sekarang seperti yang Anda perkirakan kemarin, itu pertanda bahwa Anda sekarang lebih bijaksana”. Perbaikan dikala kerusakan masih kecil akan mencegah kerusakan yang lebih besar, orang tidak dapat dikatakan bijaksana apabila menyerah pada suatu kepastian untuk ketidak pastian. Penyesalan terhadap masa silam adalah perbuatan yang teramat sia-sia, masa lampau adalah waktu yang takkan pernah kembali. Lebih bijaksana apabila membenahi masa sekarang, karena semua itu adalah milik kita. Hadapi bayang-bayang hari esok tanpa dihinggapi rasa khawatir, karena harapan adalah kehendak yang disertai pelaksanaan. Menunda-nunda untuk berbuat sambil menunggu waktu luang adalah sikap yang datang dari kedunguan hati. Perkara pernah berlaku salah ketika berbuat janganlah dipandang sebagai suatu kegagalan, karena predikat manusia tak akan bisa disandang tanpa pernah berbuat kesalahan (human error; khathaul insan). Orang tak akan pernah tahu hakikat sesuatu sampai ia mencobanya.
Orang yang ingin merebut masa depan dengan kehidupan yang lebih bermakna agaknya harus ditempuh dengan perjalanan yang arahnya jelas, memiliki visi dan misi kehidupan. Visi adalah tentang kemungkinan, tentang kehidupan yang dikehendaki, visi merupakan garis-garis besar haluan pribadi setiap manusia, sedangkan misi adalah upaya memberikan makna terhadap visi. Kehidupan yang diinginkan dan diisi selama manusia menyadari bahwa sesuatu belum menjadi kenyataan, kecuali harus diperjuangkan dan diyakini tidak bisa diserahkan begitu saja kepada nasib dan takdir., melainkan justru harus diupayakan dan dibuat nyata, apapun resiko yang mungkin terjadi (selama mampu diusahakan jalan keluarnya). Tak ada yang tak mungkin di dunia ini selama itu pernah dilakukan manusia (gigipun bisa saja menggigit lidah, padahal diam dalam satu ruang rongga mulut).
Di samping itu hendaknya manusia tidak lupa bahwa seiring waktu berjalan, semakin lama manusia menikmati hidup harus semakin menyadari dan merasa bahwa tak akan lama lagi bertahan hidup. Berbuatlah sesuatu dengan perencanaan yang matang serta kejernihan alam akal pikiran, janganlah berlaku sekehendak hati, tergesa-gesa dan serampangan (emosional), karena tindakan yang demikian ibarat berlayar disaat badai sedang mengamuk. “Ciptakan mimpi-mimpi indah Anda manakala sedang tertidur, lantas jadikanlah semua itu kenyataan manakala terbangun”. Bumi ini bukanlah warisan leluhur nenek moyang kita, melainkan pinjaman dari anak cucu kita, dan kita tiada lain hanya merupakan nasabah. Karena itu andaikata kita masih berkesempatan untuk menanam, tanamkanlah sesuatu walau hari ini adalah hari terakhir kita, kalaupun Anda merasa terlambat mengisi kehidupan dengan sesuatu yang bermakna, janganlah hanyut dan tenggelam dengan perasaan sesal, karena sesal tiada guna dan tak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. “Jika Anda tidak merasa sebijaksana sekarang seperti yang Anda perkirakan kemarin, itu pertanda bahwa Anda sekarang lebih bijaksana”. Perbaikan dikala kerusakan masih kecil akan mencegah kerusakan yang lebih besar, orang tidak dapat dikatakan bijaksana apabila menyerah pada suatu kepastian untuk ketidak pastian. Penyesalan terhadap masa silam adalah perbuatan yang teramat sia-sia, masa lampau adalah waktu yang takkan pernah kembali. Lebih bijaksana apabila membenahi masa sekarang, karena semua itu adalah milik kita. Hadapi bayang-bayang hari esok tanpa dihinggapi rasa khawatir, karena harapan adalah kehendak yang disertai pelaksanaan. Menunda-nunda untuk berbuat sambil menunggu waktu luang adalah sikap yang datang dari kedunguan hati. Perkara pernah berlaku salah ketika berbuat janganlah dipandang sebagai suatu kegagalan, karena predikat manusia tak akan bisa disandang tanpa pernah berbuat kesalahan (human error; khathaul insan). Orang tak akan pernah tahu hakikat sesuatu sampai ia mencobanya.
Advertise on APSense
This advertising space is available.
Post Your Ad Here
Post Your Ad Here
Comments