Budidaya Semut Rangrang Masih Jarang, Prospek Bagus
Bogor, HanTer - Perkembangan dunia perunggasan makin thn makin meningkat. Kalau di lihat dari manfaatnya, terdapat dua kategori unggas adalah unggas mengonsumsi & unggas hias. Salah satu unggas hias yg tidak sedikit jadi tren merupakan burung kicauan. Mutu pakan yaitu salah satu elemen yg mempengaruhi performa burung kicau.
Kategori pakan yg biasa dipakai oleh para peternak & penggemar burung kicau diantaranya biji-bijian & serangga.
Kroto atau telur semut rangrang adalah bahan pakan yg digemari oleh burung-burung insektivora, seperti cucakrawa, jalak, murai batu, kacer, kutilang, & beo.
Kroto yakni salah satu pakan incaran para penggemar burung hias. Kroto jadi bahan pakan yg amat sangat terkenal tidak lain yaitu dikarenakan kandungan proteinnya yg amat tinggi & amat sangat digemari burung kicauan.
Kroto dihasilkan oleh semut rangrang (Oecophyla smaragdina) yg hingga diwaktu ini tetap belum tidak sedikit dibudidayakan. Baca Juga Cara Budidaya Kroto Di Toples
Warga di Thailand & Filipina tak membudidayakan kroto buat pakan burung atau ikan saja, melainkan juga sebagai bahan pangan bagi manusia serta. Product pangan “ajaib” ini bisa ditemukan di pasar tradisional di negeri tersebut. Bagi mereka, kroto mempunyai cita rasa yg lembut sama seperti krim.
Di Indonesia, budidaya semut rangrang buat membuahkan kroto tetap jarang dilakukan penduduk. Pemenuhan keperluan kroto tersebut biasanya dipasok dari hasil tangkapan alam.
Meski telah sejak mulai ada yg membudidaya, tetap belum dilakukan penelitian mengenai type pakan apa yg paling berpengaruh kepada produktivitas kroto.
Komponen yg amat mutlak juga sebagai sumber nutrisi bagi ternak semut rangrang buat berproduksi yaitu pakan. Zat gizi mutlak yg dibutuhkan oleh semut rangrang, ialah protein & karbohidrat (gula).
Alternatif sumber pakan bagi semut rangrang yakni tulang sapi & cacing tanah yg lumayan enteng utk didapat.
Tulang ialah limbah yg berasal dari rumah tangga atau Rumah pemotongan Hewan (RPH) yg belum maksimal penggunaannya, tapi mempunyai kandungan mineral & kalsium, pula lemak yg lumayan tinggi. Sumber protein bagi semut rangrang mampu didapat dari cacing tanah yg mempunyai kandungan protein lumayan tinggi, adalah protein 56.44% & mengandung 13 macam asam amino esensial.
Acara kreativitas mahasiswa (PKM) di sektor kewirausahaan thn 2012/2013 berkenaan “Budidaya Semut Rangrang (Oecophyla smaragdina) yang merupakan Penghasil Kroto buat Pakan Burung Kicauan” jadi salah satu pendorong buat jalankan penelitian lebih lanjut terkait kegiatan mencari makan & produktivitas kepada perlakuan pakan yg berlainan. PKM ini dihelat oleh Abdul Rachman, mahasiswa Departemen Ilmu Produksi & Technologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), selaku ketua pelaksana gerakan.
Penelitiannya ini bertujuan utk mengetahui pengaruh perbedaan pakan yg diberikan, adalah cacing tanah & tulang sapi pada produktivitas semut rangrang dalam membuahkan kroto.
Kegiatan makan terhadap semut rangrang pun diperhatikan buat mengetahui diwaktu paling baik semut dalam mencari makan.
Elemen ini sanggup menunjang peternak dalam memperbaiki manajemen disaat pemberian pakan.
Bahan yg dapat dipakai ialah bibit semut rangrang penghasil kroto sejumlah 10 koloni.
“Dua tipe pakan yg difungsikan ialah cacing tanah & tulang sapi. Tepung kanji dimanfaatkan buat proses pemanenan. Air gula diberikan dengan cara teratur juga sebagai sumber energi semut rangrang,”kata Abdul Rachman, mahasiswa Departemen Ilmu Produksi & Technologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Sarana yg difungsikan merupakan rak kayu, sarang toples, ruangan pakan & minum, baki, kapur semut, lakban hitam, oli secon, ember plastik gede, camera digital, tripod, ember plastik mungil, ayakan bambu, sarung tangan karet, sepatu boot, sapu lidi, pisau, plastik kemasan, thermometer bola basah bola kering, penyemprot air, & timbangan.
“Kandang dikontrol & dibersihkan tiap-tiap satu pekan sekali utuk menghindari kontaminasi penyakit,”papar Abdul Rachman. Pengamatan kegiatan makan kepada semut dilakukan selagi 10 menit tiap-tiap jam sewaktu penelitian berjalan biar didapati jumlah semut yg makan terhadap diwaktu tertentu.
Pengukuran suhu & kelembaban relatif dilakukan tatkala penelitian biar ketahuan suhu optima produktivitas semut rangran.
“Sarang dipanen sesudah terbentuk lima generasi, adalah kira kira 100 hri biar didapatkan kroto yg optimal,”tutur Abdul Rachman.
Pemanenan dilakukan terhadap pagi hri dgn media bantu berupa sarung tangan, sepatu boot, ayakan, tepung kanji, bak, ember, & pisau. Hasil panen diayak utk memisahkan kroto & koloni semut.
Kroto ditimbang buat mengetahui produktivitas kroto. Larva ratu semut dipisahkan & dihitung, larva ratu semut sanggup ketahuan dari ukurannya yg lebih gede dari larva yang lain. Sedangkan produktivitas ratu semut mampu didapati secara menghitung ratu semut dari koloni.
Abdul Rachman dgn Dosen pendamping Ir. Hotnida C. H. Siregar, Msi menerangkan, tim-nya mulai sejak laksanakan pengadaan fasilitas kira kira bln Maret.
Area penelitian ini terletak di tempat Laboratorium Genetika Ternak Fapet IPB. Lokasi yg diperoleh pass serasi buat pemeliharaan semut ini sebab keadaannya yg pass gelap. Bibit kroto yg dipesan berasal dari salah satu ruangan pembibitan di daerah Ciapus, Bogor, jabar. “Semut-semut yg telah ditempatkan terhadap masing-masing rak tak cepat dberikan perlakuan pakan, tetapi dibiarkan utk beradaptasi dulu selagi satu pekan dgn pemberian pakan ulat hongkong & air gula,”kata Dosen pendamping Ir. Hotnida C. H. Siregar, Msi.
Dalam penelitian setelah itu, tak memakai cacing tanah juga sebagai pakan & pakan tulang sapi ditukar bersama tulang ayam.
Pakan cacing tanah ditukar lantaran saat diberikan ke semut, cacing bergerak aktif maka tidak jarang ke luar dari rak pemeliharaan susah utk pengontrolannya. Sedangkan pakan tulang sapi ditukar bersama tulang ayam, lantaran tulang sapi enteng membusuk & memunculkan bau yg tak enak saat diberikan dalam sekian banyak hri ke semut.
“Pakan tulang ayam lebih tahan lama & tak memunculkan bau yg tak enak. Pemberian pakan ulat hongkong yang merupakan kontrol & pembanding dari pakan tulang ayam yg diberikan. sekarang pakan yg ada banyak difungsikan di para pembudidaya semut rangrang merupakan ulat hongkong,”tandas Ir. Hotnida C. H. Siregar, Msi.
Gagasan berikutnya yg bakal tim laksanakan ialah pengerjaan jadwal piket tiap-tiap harinya, merupakan dalam factor pembersihan kandang, & pengecekan pakan. Kemudian dapat dilakukan uji proksimat kepada sample pakan yg dapat dipakai buat mengetahui kadar kandungan gizi terhadap pakan.
Pemeliharaan dapat dilakukan tatkala seputar 2,5- 3 bln sampai proses pemanenan. “Selain itu dapat dilakukan pula pengamatan pada tingkah laku makan semut tersebut,”kata Dosen pendamping Ir. Hotnida C. H. Siregar.
Advertise on APSense
This advertising space is available.
Post Your Ad Here
Post Your Ad Here
Comments