BosPoker.com Situs Judi Poker Online Terbaik Terpercaya
by Johanes Gultom Digital Marketing SpecialistBosPoker.com Situs Judi Poker Online Terbaik Terpercaya
- Dunia kompak bersatu melawan kelompok militan Islamic State of Iraq
and al-Sham (ISIS) yang kini tengah merajalela di Timur Tengah.
Setidaknya itu yang ditunjukkan perwakilan dari 30 negara yang bertemu
di Konferensi Internasional tentang Perdamaian dan Keamanan di Irak.
Perhelatan
itu digelar hari Senin pagi, 15 September 2014 di Quai d'Orsay, Paris,
Prancis. Dalam beberapa jam saja, 30 negara membuat pernyataan bersama.
Isinya, dukungan untuk memberantas kelompok militan pimpinan Abu Bakar
al-Baghdadi itu.
Harian Inggris, The Guardian,
melansir bahwa dukungan yang diberikan berupa bantuan militer dan
strategi yang sesuai untuk melawan ISIS. Sebagai tuan rumah, Prancis
bahkan mengaku sudah mengirim pesawat jet tempur ke Irak.
Secara
terang-terangan, Presiden Prancis François Hollande menyerukan
negara-negara barat dan Arab untuk mendukung otoritas Irak yang sah
secara jelas, loyal, dan kuat. "Kami mengatakan kepada warga Irak, bahwa
kami ada dan meminta mereka untuk memberikan otorisasi," ungkap Fabius
kepada stasiun berita Europe 1.
Dalam
konferensi yang sama Presiden Irak Fouad Masoum meminta intervensi
melalui udara kepada negara peserta. Masoum tidak segan menyerukan
secara terbuka adanya tindakan bersama untuk mengalahkan kelompok yang
dia sebut sebagai teroris dan penjahat. ISIS, di mata Masoum, merupakan
bentuk baru terorisme.
"Pemimpin ISIS berusaha
untuk membentuk sebuah negara dan tidak membantah adanya sukarelawan
teroris dari negara-negara Eropa yang mungkin atau tidak memiliki dua
kewarganegaraan. Ini melebihi apa yang pernah kami alami ketika
menghadapi kelompok Al-Qaeda," papar Masoum.
Kelompok
militan tersebut, imbuh Masoum, juga ahli dalam mencuci otak dan
pikiran kaum muda di kawasan Timur Tengah sehingga para pemuda itu
ikut-ikutan dalam aksi terorisme. "Mereka menggunakan teknologi modern
agar bisa menyebarkan propaganda dan teror melalui dunia maya dan
jejaring media sosial," kata Masoum.
Pertemuan
di Prancis itu bisa terselenggara berkat kerja keras Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat John Kerry yang sibuk melakukan safari ke empat negara
di kawasan Timur Tengah.
Kunjungan dimulai
dengan menjejakkan kaki di Amman, Yordania pada 10 September 2014. Dia
lalu bertolak ke Irak untuk bertemu Perdana Menteri baru Irak, Haider
al-Abadi di hari yang sama. Pada Kamis, 11 September dia bertolak ke
Jeddah, Arab Saudi untuk meminta dukungan regional dari negara-negara di
Timur Tengah dalam mengalahkan ISIS.
Hasilnya,
sebanyak 10 negara di Semenanjung Arab sepakat mendukung AS melawan
ISIS. Ke-10 negara itu terdiri dari Mesir, Irak, Yordania, Lebanon,
Barain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Negara-negara ini sepakat untuk saling membahu memberantas ISIS.
Menurut seorang pejabat senior dari negara barat, Arab Saudi BosPoker.com Situs Judi Poker Online Terbaik Terpercaya memiliki
kepentingan paling besar untuk memberantas ISIS. Sebab, Saudi merasa
begitu terancam dengan kehadiran ISIS. Mereka bahkan siap untuk
bertempur di garda terdepan medan peperangan.
"Ada
sebuah kemungkinan yang dapat terealisasi bahwa kita bisa melihat
tentara Angkatan Udara Saudi mengebom target di dalam Suriah. Ini
merupakan perkembangan yang luar biasa dan sesuatu yang ingin dilihat
oleh AS," papar pejabat tadi.
Perjalanan Kerry
dilanjutkan ke Ankara, Turki pada Jumat, 12 September 2014. Namun, Turki
tidak begitu merespons baik tawaran AS. Sebab, ISIS menyandera 40 warga
Turki. Di antaranya, terdapat staf Konsulat Jenderal Turki yang
ditangkap di Mosul.
Safarinya berakhir di
Kairo, Mesir pada Sabtu, 13 September 2014. Mitranya, Menlu Mesir Sameh
Shoukry, menjanjikan komitmen publik untuk berdiri di belakang AS dalam
kampanye melawan ISIS.
"Mesir meyakini sangat
penting bagi dunia untuk terus melanjutkan upaya melawan ekstrimisme
ini," ungkap Shoukry saat memberikan keterangan pers dan dikutip harian New York Times.
Pejabat
Mesir menolak untuk memaparkan secara spesifik apa yang akan disiapkan
oleh Mesir dalam kampanye tersebut. Namun, Shoukry mengatakan terlintas
di pikiran dia untuk melawan militan Islam di negara asal dan di Libya.
Eksekusi ketiga
AS
kian membara melawan ISIS, setelah kelompok militan itu kembali merilis
video eksekusi David Haines. Pria berusia 44 tahun itu merupakan warga
Inggris pertama yang dieksekusi ISIS dan menjadi sandera ketiga yang
dibunuh secara kejam.
Eksekusi tragis itu tidak
berselang jauh dari pembunuhan warga AS, Steven Joel Sotloff. Video
Sotloff dirilis ke publik pada Selasa, 2 September 2014.
Padahal
sehari sebelum Haines dieksekusi, keluarga telah meminta agar bisa
berkomunikasi dengan penculik dari kelompok ISIS. Namun, permintaan itu
rupanya tidak digubris.
Aksi tersebut direkam dalam sebuah video berjudul "A BosPoker.com Situs Judi Poker Online Terbaik Terpercaya
Message to the Allies of America" dan berdurasi dua menit dan 28 detik.
Video itu ditujukan kepada PM Inggris David Cameron sebagai bentuk
peringatan karena secara sukarela malah memilih berkoalisi dengan sekutu
terdekatnya, AS.
"Sama seperti mantan
pendahulu Anda, Tony Blair, Anda malah meneruskan tren di antara PM kami
yang tidak memiliki keberanian untuk mengatakan tidak kepada Amerika,"
ungkap Haines saat membacakan pesan kematiannya.
Sementara
sang eksekutor yang diduga merupakan warga Inggris, mengatakan kematian
Haines adalah harga yang harus dibayar Cameron, karena telah memasok
senjata kepada tentara Peshmerga, Kurdi untuk melawan ISIS.
"Bermain
menjadi anjing yang penurut terhadap AS, Cameron malah akan menyeret
Anda dan warga Anda ke dalam peperangan berdarah lainnya yang tidak
dapat dimenangkan," tegas pembunuh Haines yang mengenakan pakaian serba
hitam.
Di akhir video pelaku mengancam akan membunuh warga Inggris lainnya,mantan supir taksi yang diculik saat tengah bertugas mendistribusikan
bantuan bagi pengungsi Suriah. Henning diculik di Provinsi Idlib tahun
lalu.
Strategi Barat
Ancaman
terorisme yang kembali mengintai negara barat seolah mengingatkan musuh
serupa yang terjadi di tahun 2001 silam. Saat itu mantan Presiden AS
George W Bush mendeklarasikan perang melawan terhadap terorisme paska
Negeri Paman Sam dilanda serangan teror ke tiga lokasi berbeda, yakni
gedung World Trade Centre, Pentagon, dan Pennsylvania.
Bush geram dan menyebut Osama bin Laden sebagai tersangka utama serangan teror yang menghancurkan WTC di pusat kota New York. BBC
tahun 2001 melansir Bush mengetahui Bin Laden disembunyikan oleh
kelompok Taliban di Afghanistan. Oleh sebab itu, dia menuntut agar
Taliban segera menyerahkan Bin Laden.
Namun,
pemimpin Taliban di Afghanistan saat itu, Mullah Mohammed Omar, menolak
dan berpendapat AS hanya menggunakan keterlibatan Bin Laden dalam
serangan 11 September sebagai alasan untuk menggulingkan Taliban. Mereka
mengaku siap berunding dengan AS.
Tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Poker
Bush melalui juru bicaranya, Ari Fleischer. "Pesan Presiden kepada
Taliban sangat sederhana. Ini saatnya untuk bertindak dan bukan
bernegosiasi," tegas Fleischer.
Sponsor Ads
Created on Dec 31st 1969 18:00. Viewed 0 times.
Comments
No comment, be the first to comment.